Layanan pemesanan ojek online paling populer asal tanah air, GO-JEK, meluncurkan aplikasinya pada Januari 2015. Hanya dalam hitungan beberapa bulan, aplikasi GO-JEK telah diunduh jutaan kali. Kamu mungkin merasa kalau saat ini laju pertumbuhan mereka sedikit mandek atau melambat. Namun bukan itu yang akan dibahas dalam artikel ini.
“Sejak Mei 2015 hingga Juni tahun ini—dalam waktu 13 bulan—pertumbuhan kami meningkat 100 kali lipat,” ujar Aakash Dharmadhikari, CPO GO-JEK, kepada para audiens yang hadir dalam konferensi Tech in Asia Bangalore 2016. “Sulit dipercaya. Saya belum pernah menyaksikan hal seperti itu sebelumnya.”
Aakash merupakan salah satu pendiri sekaligus COO C42, startup konsultan teknologi yang telah menangani aplikasi GO-JEK sejak Mei tahun lalu. C42 resmi diakuisisi oleh GO-JEK pada bulan September di tahun yang sama.
Setiap hari, ia dan timnya membenahi aplikasi tersebut untuk melakukan berbagai perbaikan, kenang Aakash dengan antusias. Namun, laju pertumbuhan yang pesat menjadi kebanggaan GO-JEK sekaligus tantangan besar bagi mereka.
Celah keamanan yang mengintai
Sebelum Aakash dan timnya bergabung secara resmi, layanan GO-JEK kerap mengalami gangguan. Para driver dan calon penumpang seringkali mengeluh lantaran pemesanan yang hang atau tidak bisa dibatalkan.
Bahkan, pernah ada seorang pemrogram yang menemukan celah keamanan dalam aplikasi. Bug yang menjangkiti sistem ini dapat mengakibatkan peretas untuk leluasa memanipulasi pendapatan mitra GO-JEK dan mengakses informasi personal, seperti nomor telepon dan email driver maupun pengguna.
GO-JEK kemudian berevolusi dengan menawarkan beragam layanan yang baru, di antaranya pesan antar belanjaan dan pembelian tiket.
Oleh sebab itu, GO-JEK mencaplok perusahaan milik Aakash dan perusahaan India lainnya yang bernama CodeIgnition. Founder GO-JEK Nadiem Makarim pernah mengungkap kepada Tech in Asia bahwa tim teknologinya kewalahan menangani lonjakan permintaan pada beberapa bulan pertama.
Itu sebabnya orang-orang asal India ini menata ulang kode aplikasi GO-JEK agar lebih efisien. Namun, tim Aakash sendiri bersusah-payah menanganinya.
“Masalah konkret yang dihadapi suatu perusahaan, yang tumbuh 100 kali lipat (dalam hal jumlah pesanan) dalam 13 bulan, adalah tak ada yang memprediksi bahwa kamu dapat tumbuh sebesar dan secepat itu. Kamu tak sepenuhnya siap menghadapi situasi seperti itu […],” ucap Aakash.
Tak ada jalan pintas
GO-JEK tak hanya mengubah wajah moda transportasi perkotaan Indonesia, namun juga e-commerce. Mulanya, perusahaan ini hanya menyediakan layanan ojek—cara paling cepat untuk menembus sesaknya jalanan ibukota. Kemudian mereka berevolusi dengan menyediakan layanan belanja, pemesanan tiket, layanan pijat dan kecantikan langsung ke rumah kamu, jasa kebersihan, serta layanan logistik berupa mobil pikap atau truk untuk bantu kamu ketika pindah rumah.
Pertumbuhan yang tiada henti ini mengakibatkan beban yang semakin berat terhadap sistem backend mereka. Aakash mengatakan bahwa ia dan timnya tak punya resep jitu untuk menanggulangi setiap masalah teknologi GO-JEK. Ini semua merupakan usaha yang berkesinambungan.
“Masih ada banyak hal yang perlu kami lakukan,” ujarnya.
Sumber : techinasia.com
Gambar : National Geography
Leave a Comment