Founder: Rerre Adysti
Industri: Direktori
Status pendanaan: Bootstrapping
Pamperpop adalah direktori penyedia layanan perawatan kecantikan di Indonesia.
Informasi mengenai sebuah salon, seperti daftar harga, foto-foto hasil perawatan, hingga testimoni dari konsumen, seringkali sulit ditemukan oleh kaum hawa yang ingin mencarinya. Hal ini juga dialami oleh Rerre Adysti.
Pengalaman pribadi ini kemudian mendorongnya untuk membuat PamperPop, sebuah situs direktori penyedia informasi layanan perawatan kecantikan di Indonesia.
“Yang paling penting itu daftar harga. Karena biasanya yang paling utama adalah salon tersebut harus sesuai bujet. Enggak mungkin juga kan kita jauh-jauh datang ke salonnya, lihat daftar harga, ternyata enggak cocok dan akhirnya enggak jadi masuk. Itu kan buang-buang waktu banget. Aku pikir, kenapa enggak ada situs atau aplikasi yang bisa mencari salon terdekat dari lokasi kita, dan bisa mengecek daftar harganya dulu sebelum ke sana,” ujar Rerre kepada Tech in Asia Indonesia.
Ketika mendirikan PamperPop pada bulan Mei 2016, Rerre sebagai CEO hanya dibantu oleh lima orang. Mereka adalah Suwitri Sanjiwani (Witri) yang bertindak sebagai CTO, Dimas Wahyu sebagai CCO, Driky Armanandi sebagai UI/UX Director, dan Mufqi Alus Naufal sebagai Creative Director. PamperPop kemudian masuk fase beta pada Oktober 2016 dan beroperasi sepenuhnya pada Desember 2016.
Selain ingin membantu pengguna dalam mendapatkan info lengkap tentang sebuah salon, PamperPop juga hadir untuk membantu para pengusaha yang bergerak di bidang kecantikan agar layanannya lebih mudah ditemukan oleh calon pelanggan. Pasalnya, persaingan dalam bisnis kecantikan cukup ketat. Dari database yang dimiliki PamperPop, kata Rerre, ada lebih dari lima ratus make up artist di Jakarta, belum termasuk di kota-kota lain.
“Bagaimana caranya lima ratus orang itu punya market share yang tinggi kalau persaingannya sangat ketat? Lewat PamperPop, kami berharap para pengusaha di bidang kecantikan bisa lebih mudah ditemukan oleh para calon pelanggan,” ucapnya.
Tak batasi jumlah vendor
Ketika pertama kali terbesit ide untuk mendirikan PamperPop, Rerre mengaku belum tahu bahwa sudah ada situs lain yang menawarkan layanan serupa seperti Zalonku, Milaxo, atau Revasi.
Setelah tahu ada kompetitor, Rerre baru mulai meracik formula agar mereka bisa bersaing, berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari para kompetitor. Salah satu cara yang dipilihnya adalah dengan tidak membatasi vendor yang ingin bergabung di PamperPop.
“Semua kalangan dari seluruh Indonesia boleh bergabung. Sehingga jangkauan pengguna kami pun lebih luas. Layanan tambahan seperti sistem evaluasi bisnis juga bisa membantu pada vendor,” jelas Rerre.
Saat ini, kata Rerre, sudah banyak vendor yang mendaftar di PamperPop. Namun yang sudah ia verifikasi baru sekitar seratus vendor. “Karena tidak sedikit yang datanya belum lengkap, seperti daftar harga atau foto-foto, jadi beberapa kami tunda dulu,” ucapnya
Untuk rencana jangka panjangnya, Rerre menuturkan PamperPop ingin menerapkan sistem poin atau tipping bagi kapster salon dan membuat marketplace B2B bagi supplier peralatan salon dan produsen kosmetik.
Monetisasi lewat iklan dan layanan berbayar
Rerre menjelaskan PamperPop melakukan monetisasi melalui dua cara yakni dari iklan dan layanan berbayar. Untuk layanan berbayar, PamperPop menyediakan pembuatan artikel review, video review, giveaway, dan promosi di media sosial.
“Saat ini kami juga sedang mempersiapkan sistem bagi perusahaan chain salon atau spa, agar mereka bisa mengevaluasi hasil penjualan sampai rating karyawan. Terutama kapster, stylist, atau terapis,” kata Rerre.
Selain cara tersebut, PamperPop juga melakukan monetisasi dengan menyediakan berbagai hal yang dibutuhkan oleh para vendor. Sebagai contoh, kata Rerre, ada beberapa vendor yang sebenarnya perusahaan besar dan sudah lama berdiri di Indonesia. Namun sistem pendataan reservasinya masih ditulis manual.
“Di situ kami coba buatkan juga sistem pendataan untuk mereka. Jadi prinsip kami, bukan apa yang bisa vendor kasih untuk kami, tapi apa yang bisa kami lakukan untuk mengurangi permasalahan yang dihadapi para vendor dan membuat usaha mereka lebih mudah,” ujarnya.
PamperPop saat ini masih beroperasi dengan menggunakan dana pribadi para founder (bootstrapping). Menurut Rerre, masih agak sulit mencari investor karena konsep direktori kecantikan masih sangat baru.
“Belum ada pemain besar yang mendominasi market ini. Tapi kami masih coba untuk mendekati beberapa VC maupun angel investor,” ucapnya. Hingga kini, PamperPop baru tersedia dalam bentuk web, dan belum merambah aplikasi baik di Android maupun iOS.
Sumber : techinasia.com
Gambar : technologue
Leave a Comment